Cerita ini lanjutan dari Bujang: Sedih Di Sebalik Senyawa Cinta (Bagian 1). Cerita ini adalah cerita original yang saya buat, saya membuatnya dalam skrip dialog untuk mempermudah saat membaca, cerita ini saya tulis dalam bahasa Melayu Riau, jadi harap untuk menyimaknya dengan baik-baik, saya harap anda dapat senang, dan terus membacar karya-karya saya, terimakasih
Setelah kejadian tak terduga, bujang menjadi berbeda,
merubah sosok menjadi tak terduga, hari-hari dia menangis, tak mengingat
siapapun ,menjauh dari karina,
atan : bujang, dikau dah makan? Usah lah macam ni terus bujang
zubaidah : iya, bujang, tak usah macam ni terus
bujang : kini, aku macam ni, usah lah kalian usik aku
kini dua bulan berlalu, tampak keadaan yang tak ada
perubahan, hmmm tak dapat dilarang
(atan lewat dan mendengar bujang berbicara)
Bujang: mate rase rabun......
Atan : ngape mate dikau jang?
Bujang : tak de, aku kasih tahupun dikau tak ngerti
atan : Usah lah macam ni terus bujang
zubaidah : iya, bujang, tak usah macam ni terus
bujang : kini, aku macam ni, usah lah kalian usik aku
kini empat bulan berlalu, tampak keadaan yang tak ada
perubahan, hmmmm masih tak dapat dilarang
bujang : mate nampak hitam-putih
atan : nampak aku, dikau perlu ke doter,
bujang : tak perlu lah, tak butuh aku doker
atan : Usah lah macam ni terus bujang
zubaidah : iya, bujang, tak usah macam ni terus
bujang : brapa kali aku cakap, aku macam ni, usah lah kalian usik aku
atan : tak ingatkah engkau dengan nur?
Bujang : nur? (terdiam sejenak) esok antar aku ke dia
Dia datang kerumah nur, terjadi lagi hal yang tak ingin yang saya sebutkan
Atan : (sambil memandu bujang) kite dah sampai, temuilah dia
Bujang: assalamualaikum, nur........
Bonda nur: walaikumsalam (sambil terkaget) ape engkau mau?
Bujang : nur....?
Bonda nur : (dengan nada marah) nur....? dikau tak tahu die dah meninggal,
kerne nak pergi kerumah engkau, kalau pun die msih hidup,. tak
mau aku punye mantu bute, miskin macam dikau, engkau Cuma
mau ambik rete kami
atan : kami datang dengan baik, kami harap dapat sambutan baik, jika begini kami balik
kalian lihat atan menuntun bujang? Bukan lah bujang
berubah dia makin keras kepala
bujang : mate telah bute, sempurna kesedihan aku
atan : nampak aku, dikau harus ke doter,
bujang : aku dari dulu dah cakap, tak perlu lah, tak butuh aku doker
atan : Usah lah macam ni terus bujang, makin menjadi engkau
bujang : brapa kali aku cakap, aku kan trus begini
karena harus terus menopang hidup, maka bujang mengisi
waktunya dengan bekerja sebagai penyanyi jalanan
Bujang menyanyikan bunga seroja, dengan sebuah gitar, duduk
bersila di atas sebuah kursi, dia selalu menyanyi dengan tertunduk, tampak setiap
orang yang lewat memberi uang kepada bujang
dan disinilah sebuah kesuksesan di mulai, habib seorang
promotor melihat bujang
habib : tampak aku kau punya bakat, siape name engkau?
Bujang: aku bujang, engkau siape? Ape dikau mau?
Habib: sudah kerja aku, mencari bakat, dikau mau jadi seniman kami?
Bujang: ape untung aku?
Bersambung ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar